"Saya sengaja beli satu dus untuk persediaan," kata Yusuf. Padahal kebiasaan mengkonsumsi makanan berpengawet dan pewarna seperti mi instan itulah salah satu penyebab timbulnya kanker usus besar atau kolorektal.
Namun, orang seperti Yusuf tidak merasa telah menanam penyakit di tubuhnya. "Penyakit ini memerlukan waktu 10-15 tahun untuk bermanifestasi, " kata spesialis penyakit dalam dr. Aru W Sudoyo, SpPD, KHOM, FACP, seusai Seminar "Cegah Kanker Usus Besar dengan Gaya Hidup Sehat" di Semarang, Sabtu lalu.
Penyebab lainnya adalah mengkonsumsi makanan berkadar lemak tinggi, misalnya sajian di gerai-gerai makan siap saji. Menurut Aru, makanan merupakan faktor yang paling penting dalam proses terjadinya kanker ini. "Diet atau pola makan dapat mempengaruhi struktur dan proses genetik pada permukaan usus besar sehingga memicu pertumbuhan sel abnormal yang menjadi kanker, " ujar dokter kelahiran Washington, Amerika Serikat, ini.
Disebut penyakit kanker usus besar karena lokasi kanker berkisar dari usus besar (kolon) hingga dekat dubur (rektum). Jika kanker itu berada di dekat anus, lebih mudah diambilnya. Tapi semakin ke atas, semakin sulit mengatasinya.
Kanker usus besar adalah kanker terganas kedua tertinggi di negara-negara maju. Diperkirakan terdapat 376.400 kasus baru di Uni Eropa pada 2004. Dari jumlah itu, 149.400 di antaranya meninggal dunia. Atas dasar itu, kanker usus besar ditempatkan sebagai jenis kanker dan penyebab kematian kedua terbesar di 25 negara Benua Eropa.
Bagaimana di Indonesia? Belum ada angka pasti berapa penderitanya. "Kita tidak punya data. Data masih di masing-masing rumah sakit. Belum dikumpulkan, " tutur Aru. Namun, dia memprediksi, jumlah penderitanya terus bertambah. Di Rumah Sakit Kanker Dharmais dan Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo, misalnya, kanker usus besar masuk daftar 10 besar kanker tersering.
Di luar negeri, penyakit ini menyerang orang berumur 40 tahun hanya 3 persen. Selebihnya, menyerang orang di atas umur 40 tahun. Sebaliknya, kata Aru, di Indonesia 30 persen penderitanya berumur di bawah 40 tahun. "Kesannya terus meningkat pada usia-usia muda," ujar Aru prihatin. Apalagi, jika pada usia muda tak terasa telah terserang penyakit ini. "Nanti tahu-tahu sudah mutasi ketiga atau masuk stadium empat."
Ada beberapa upaya untuk pencegahan kanker usus besar, yakni pencegahan primer, berupa menjaga hidup sehat. Usaha lain adalah screening, yaitu secara aktif mencari sebelum gejala penyakit muncul. Sedangkan usaha yang ketiga adalah deteksi dini, agar terapi dapat dilakukan secepat mungkin dan harapan sembuh lebih besar.
Untuk mengetahui penyakit kanker usus besar memang tidak mudah. Ahli bedah Rumah Sakit dr Kariadi, Semarang, dr Andy Maleachi, Spkbd, menyatakan gejala kanker usus besar umumnya penyakit wasir.
Gejalanya berubah-ubah pada saat buang air besar (BAB). Kadang encer, kadang keras, kadang tipis. Bahkan saat BAB ada darah yang ikut keluar pada feses saat buang air besar. Akhirnya penderita kesulitan BAB dan perut terasa tak enak.
Biasanya terjadi perubahan pada fungsi usus, seperti mengalami diare atau sembelit tanpa sebab yang jelas. Penderita biasanya merasa perut masih penuh meski sudah buang air besar. "Gejala ini (berlangsung) lebih dari enam pekan," kata Andi. Gejala lain adalah terjadinya penurunan berat badan tanpa sebab yang jelas.
Karena kanker kolon termasuk penyakit yang perjalanannya lambat, Aru menyarankan masyarakat melakukan deteksi dini. Caranya dengan pemeriksaan darah yang ada dalam tinja dan kolonoskopi. Sebaiknya deteksi dini dilakukan sejak usia 40 tahun. Yang paling sederhana adalah secara berkala memeriksakan feses untuk mencari darah samar.
Sementara itu, bagi mereka yang sudah mengalami gejala seperti pendarahan pada saat buang air besar dan tertutupnya jalan usus atau penyumbatan ada beberapa prosedur. Misalnya pemeriksaan colok dubur oleh dokter.
Di samping itu, dapat dilakukan enema barium. Cairan barium dimasukkan keusus besar melalui dubur. Kemudian setelah difoto dengan menggunakan alat roentgen, dapat dilihat siluetnya. Apabila sudah ditemukan adanya kanker, penanganan bisa dilakukan melalui pembedahan, kemoterapi, dan radiasi.
Cegah Kanker Kolorektal
- Lakukan gaya hidup aktif dan teratur berolahraga.
- Jangan merokok.
- Kendalikan stres dan kemarahan.
- Jaga berat badan tetap ideal.
- Makan dengan diet seimbang, konsumsi makanan kaya serat, serta hindari banyak lemak.
- Banyak minum air.
- Masukkan prebiotik dalam menu harian.
- Usahakan buang air besar sekali sehari.
- Kurangi paparan radiasi.
- Lakukan konseling genetik dan pelajari sejarah kesehatan keluarga. Ada anggota keluarga yang mengidap polip usus besar dapat menambah faktor risiko terserang kanker kolon.
ROFIUDDIN (Semarang) | BERBAGAI SUMBER
Tidak ada komentar:
Posting Komentar